Cerita Legenda Terbentuknya Danau Toba
Danau Toba yg terletak di provinsi Sumatera Utara itu telah populer keindahannya ke mana-mana, ke aneka macam serpihan penjuru dunia. Secar ilmiah, Danau Toba terbentuk dari letusan gunung berapi purba yg sangat dahsyat pada jaman dulu. Akan tetapi, masyarakat di sekitar wilayah Danau Toba memiliki dongeng tersendiri perihal terbentuknya Danau Toba: sebuah dongeng legenda yg abadi pula sepanjang masa dan telah dituturkan sbg pengantar dongeng tidur dari generasi ke generasi. Bagaimanakah kisah legenda terbentuknya Danau Toba berdasarkan orang-orang Batak yg mendiami sekitar wilayah Danau Toba?
Pada jaman dahulu kala, di sebuah lembah nan subur hiduplah seorang cowok berjulukan Toba. Kerjanya bertani dan berladang. Suatu hari ia ingin makan dengan lauk ikan. Maka pergilah ia ke sebuah sungai kecil yg mengaliri lembah itu.Toba membawa kain, umpan dan tempat ikan. Ia berdoa semoga nanti ia sanggup beroleh ikan yg besar-besar dan banyak.
Sesampainya di sungai, iapun mulai memasang kailnya. Benar saja, tak berapa usang umpannya telah dimakan ikan. Alangkah gembiranya hati Toba ketika ditariknya kain itu, ia sanggup melihat betapa besar ukuran ikan yg kena pancingnya. Perlahan-lahan ditariknya kail ke arah tepi sungai. Ikan itu besar sekali, dan sisiknya berkilau keemasan. Cantik sekali. Tetapi belum hingga ia menangkap ikan besar keemasan itu, ia mendengar sebuah bunyi merdu. Ikan besar berwarna kuning emas itu ternyata arif berbicara.
Ikan besar memohon kepada Toba biar tidak menangkap dan memakannya, sebab bahu-membahu ia bukanlah benar-benar ikan biasa. Toba yg masih kaget semakin terperangah ketika ikan indah itu berubah wujud menjadi seorang gadis yg sangat cantik. Rambutnya hitam bagai malam dan kulitnya putih kekuningan. Tubuhnya tinggi semampai berdiri jenjang di tepi sungai.Seketika Toba jatuh cinta dengan gadis elok jelmaan ikan bersisik emas itu. Ia ternyata berjulukan Nauli.
Toba kemudian meminang dan menikahi Nauli. Gadis elok jelmaan ikan itu tidak serta merta mendapatkan pinangan Toba. Ia meminta sebuah syarat, biar Toba berjanji untuk tidak akan pernah menyebut-nyebut asalnya sbg penjelmaan ikan. Toba kemudian menyggupi. Syarat yg sangat gampang pikir Toba.
Pasangan ini kemudian menikah dan hidup dengan sangat bahagia. Toba semakin rajin bertani dan berladang. Setiap hari ia mengerjakan sawah dan kebunnya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Nauli juga ternyata sangat setia. Setiap hari ia memasak dan melsayakan pekerjaan rumah lainnya sepeninggal Toba yg pergi bertani dan berladang. Rumah tempat mereka tinggal memang agak jauh dengan sawah dan kebun milik Toba.
Kebahagiaan Toba dan Nauli semakin bertambah ketika Nauli mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak laki yg sangat tampan. Sayg sekali, selama beranjak tumbuh, anak laki yg kemudian diberi nama Samosir itu sangat dimanjakan oleh Nauli. Samosir tumbuh menjadi anak yg badung dan pemalas. Kerjanya hanya bermain-main, makan, kemudian tidur. Tidak pernah ia mau membantu Toba untuk mengerjakan sawah dan ladang. Padahal, anak seusia Samosir lainnya sudah terbiasa dan sanggup membantu pekerjaan kedua orang renta mereka.
Pada suatu hari, pekerjaan rumah Nauli sangat banyak. Karena itu sehabis mencuci dan memasak, ia meminta Samosir untuk mengantar makan siang untuk Toba yg sedang berada di sawah mereka. Mulanya Samosir tidak mau. Seumur-umur dia, belum pernah sekalipun mengantarkan kuliner untuk Toba di sawah atau ladang. Apalagi tempat itu cukup jauh dari rumah. Dan, pekerjaan mengantar makan siang selalu dilsayakan oleh Nauli. Akan tetapi sehabis beberapa kali meminta dan membujuk Samosir, jadinya mau juga anak itu mengantar kuliner untuk Toba. Lega hati Nauli, ia yakin anak kesaygannya itu suatu dikala niscaya akan sanggup mendapatkan amanah menyerupai bawah umur lain seumurannya di kampung itu. Tapi memang perlu kesabaran saja. Naulipun kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya yg banyak itu.
Sementara itu Toba yg sudah lelah dan lapar sebab bekerja di sawah semenjak pagi mulai tidak sabar menunggu makan siangnya. Ia kemudian berjalan pulang ke rumah. Toba berpikir mungkin Nauli terlalu sibuk dengan pekerjaan rumahnya sehingga belum sempat mengantarinya makan siang. Ini bukan kebiasaan Nauli, tapi tidak apalah jikalau sekali-kali ia berjalan pulang walaupun hari masih siang.
Tetapi alangkah terkejutnya Toba ketika dalam perjalanan ia mendapati Samosir sedang mendengkur di sebuah gubuk kosong yg dilewatinya. Ia mendapati Samosir membawa tempat makan siangnya. Dasar anak pemalas. Pasti Nauli menyuruhnya mengantar makan siang, tetapi Samosir malah tertidur di gubuk itu sebelum menuntaskan tugasnya. Toba membuka bungkusan tempat makan siangnya yg dibawa Samosir. Tetapi alangkah marahnya Toba ketika mendapati tempat makan siangnya telah kosong. Hanya ada sisa-sisa bekas kuliner masakan Nauli di dalamnya.
Toba mendorong badan Samosir yg tengah mendengkur hingga jatuh ke tanah. Bangun anak pemalas, bentak Toba. Suara Toba sangat keras dan penuh dengan kemarahan. Samosir terbangun dan tahu ia telah membuat. Toba murka besar. Tetapi dasar Samosir anak manja, ia sama sekali tidak meminta maaf kepada Toba. Melihat perilsaya Samosir, kemarahan Toba semakin meluap-luap. Ia kemudian menghardik Samosir dengan kata-kata yg untuk pertama kalinya didengar Samosir. "Dasar anak ikan! Pantas saja kerjamu cuma makan, main, dan tidur!" Kata-kata itu terus diulang-ulang Toba berkali-kali sambil memukuli Samosir dengan keras.
Samosir berlari meninggalkan Toba yg tersadar bahwa ia telah mengingkari janjinya ketika melamar Nauli sesaat sehabis gadis itu berubah menjadi dari ikan besar bersisik keemasan yg dipancingnya. Ia hanya sanggup memandangi jejak kaki Samosir yg lari pulang menuju rumah.
Sesampainya di rumah Samosir menceritakan bagaimana Toba memukulinya. Nauli sangat geram. Ia tahu, Toba telah mengingkari janjinya dulu dikala meminangnya. Nauli meminta Samosir untuk menuruti perintahnya. Samosir diminta berlari menuju tempat paling tinggi yg sanggup dicapainya. Lalu setelahnya, awan hitam bergulung-gulung dengan cepat menutupi langit siang itu. Petir, guntur, dan kilat sambar-menyambar. Hujan yg sangat deras kemudian turun. Dengan cepat seluruh lembah tergenang banjir besar. Nauli berubah wujud kembali menjadi ikan dan hilang dalam banjir besar itu, begitu pula dengan Toba yg terseret arus deras banjir.
Wilayah banjir besar itu sekarang menjadi sebuah danau yg kemudian dikenal sbg Danau Toba. Sementara tempat tinggi tempat di mana Samosir menyelamatkan diri itu telah terlingkupi oleh danau yg sangat luas dan membentuk sebuah pulau yg sekarang dikenal dengan nama Pulau Samosir.
***
Hikmah yg sanggup dipetik dari dongeng legenda ini antara lain:
Cerita Rakyat Sunda: Lutung Kasarung dan Putri Purbasari
Cerita Rakyat Melayu: Malin Kundang Si Anak Durhaka
Pada jaman dahulu kala, di sebuah lembah nan subur hiduplah seorang cowok berjulukan Toba. Kerjanya bertani dan berladang. Suatu hari ia ingin makan dengan lauk ikan. Maka pergilah ia ke sebuah sungai kecil yg mengaliri lembah itu.Toba membawa kain, umpan dan tempat ikan. Ia berdoa semoga nanti ia sanggup beroleh ikan yg besar-besar dan banyak.
Sesampainya di sungai, iapun mulai memasang kailnya. Benar saja, tak berapa usang umpannya telah dimakan ikan. Alangkah gembiranya hati Toba ketika ditariknya kain itu, ia sanggup melihat betapa besar ukuran ikan yg kena pancingnya. Perlahan-lahan ditariknya kail ke arah tepi sungai. Ikan itu besar sekali, dan sisiknya berkilau keemasan. Cantik sekali. Tetapi belum hingga ia menangkap ikan besar keemasan itu, ia mendengar sebuah bunyi merdu. Ikan besar berwarna kuning emas itu ternyata arif berbicara.
cerita legenda asal mula terbetuknya Danau Toba dan Pulau samosir |
Ikan besar memohon kepada Toba biar tidak menangkap dan memakannya, sebab bahu-membahu ia bukanlah benar-benar ikan biasa. Toba yg masih kaget semakin terperangah ketika ikan indah itu berubah wujud menjadi seorang gadis yg sangat cantik. Rambutnya hitam bagai malam dan kulitnya putih kekuningan. Tubuhnya tinggi semampai berdiri jenjang di tepi sungai.Seketika Toba jatuh cinta dengan gadis elok jelmaan ikan bersisik emas itu. Ia ternyata berjulukan Nauli.
Toba kemudian meminang dan menikahi Nauli. Gadis elok jelmaan ikan itu tidak serta merta mendapatkan pinangan Toba. Ia meminta sebuah syarat, biar Toba berjanji untuk tidak akan pernah menyebut-nyebut asalnya sbg penjelmaan ikan. Toba kemudian menyggupi. Syarat yg sangat gampang pikir Toba.
Pasangan ini kemudian menikah dan hidup dengan sangat bahagia. Toba semakin rajin bertani dan berladang. Setiap hari ia mengerjakan sawah dan kebunnya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Nauli juga ternyata sangat setia. Setiap hari ia memasak dan melsayakan pekerjaan rumah lainnya sepeninggal Toba yg pergi bertani dan berladang. Rumah tempat mereka tinggal memang agak jauh dengan sawah dan kebun milik Toba.
Kebahagiaan Toba dan Nauli semakin bertambah ketika Nauli mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak laki yg sangat tampan. Sayg sekali, selama beranjak tumbuh, anak laki yg kemudian diberi nama Samosir itu sangat dimanjakan oleh Nauli. Samosir tumbuh menjadi anak yg badung dan pemalas. Kerjanya hanya bermain-main, makan, kemudian tidur. Tidak pernah ia mau membantu Toba untuk mengerjakan sawah dan ladang. Padahal, anak seusia Samosir lainnya sudah terbiasa dan sanggup membantu pekerjaan kedua orang renta mereka.
Pada suatu hari, pekerjaan rumah Nauli sangat banyak. Karena itu sehabis mencuci dan memasak, ia meminta Samosir untuk mengantar makan siang untuk Toba yg sedang berada di sawah mereka. Mulanya Samosir tidak mau. Seumur-umur dia, belum pernah sekalipun mengantarkan kuliner untuk Toba di sawah atau ladang. Apalagi tempat itu cukup jauh dari rumah. Dan, pekerjaan mengantar makan siang selalu dilsayakan oleh Nauli. Akan tetapi sehabis beberapa kali meminta dan membujuk Samosir, jadinya mau juga anak itu mengantar kuliner untuk Toba. Lega hati Nauli, ia yakin anak kesaygannya itu suatu dikala niscaya akan sanggup mendapatkan amanah menyerupai bawah umur lain seumurannya di kampung itu. Tapi memang perlu kesabaran saja. Naulipun kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya yg banyak itu.
Sementara itu Toba yg sudah lelah dan lapar sebab bekerja di sawah semenjak pagi mulai tidak sabar menunggu makan siangnya. Ia kemudian berjalan pulang ke rumah. Toba berpikir mungkin Nauli terlalu sibuk dengan pekerjaan rumahnya sehingga belum sempat mengantarinya makan siang. Ini bukan kebiasaan Nauli, tapi tidak apalah jikalau sekali-kali ia berjalan pulang walaupun hari masih siang.
Tetapi alangkah terkejutnya Toba ketika dalam perjalanan ia mendapati Samosir sedang mendengkur di sebuah gubuk kosong yg dilewatinya. Ia mendapati Samosir membawa tempat makan siangnya. Dasar anak pemalas. Pasti Nauli menyuruhnya mengantar makan siang, tetapi Samosir malah tertidur di gubuk itu sebelum menuntaskan tugasnya. Toba membuka bungkusan tempat makan siangnya yg dibawa Samosir. Tetapi alangkah marahnya Toba ketika mendapati tempat makan siangnya telah kosong. Hanya ada sisa-sisa bekas kuliner masakan Nauli di dalamnya.
Toba mendorong badan Samosir yg tengah mendengkur hingga jatuh ke tanah. Bangun anak pemalas, bentak Toba. Suara Toba sangat keras dan penuh dengan kemarahan. Samosir terbangun dan tahu ia telah membuat. Toba murka besar. Tetapi dasar Samosir anak manja, ia sama sekali tidak meminta maaf kepada Toba. Melihat perilsaya Samosir, kemarahan Toba semakin meluap-luap. Ia kemudian menghardik Samosir dengan kata-kata yg untuk pertama kalinya didengar Samosir. "Dasar anak ikan! Pantas saja kerjamu cuma makan, main, dan tidur!" Kata-kata itu terus diulang-ulang Toba berkali-kali sambil memukuli Samosir dengan keras.
Samosir berlari meninggalkan Toba yg tersadar bahwa ia telah mengingkari janjinya ketika melamar Nauli sesaat sehabis gadis itu berubah menjadi dari ikan besar bersisik keemasan yg dipancingnya. Ia hanya sanggup memandangi jejak kaki Samosir yg lari pulang menuju rumah.
Sesampainya di rumah Samosir menceritakan bagaimana Toba memukulinya. Nauli sangat geram. Ia tahu, Toba telah mengingkari janjinya dulu dikala meminangnya. Nauli meminta Samosir untuk menuruti perintahnya. Samosir diminta berlari menuju tempat paling tinggi yg sanggup dicapainya. Lalu setelahnya, awan hitam bergulung-gulung dengan cepat menutupi langit siang itu. Petir, guntur, dan kilat sambar-menyambar. Hujan yg sangat deras kemudian turun. Dengan cepat seluruh lembah tergenang banjir besar. Nauli berubah wujud kembali menjadi ikan dan hilang dalam banjir besar itu, begitu pula dengan Toba yg terseret arus deras banjir.
Wilayah banjir besar itu sekarang menjadi sebuah danau yg kemudian dikenal sbg Danau Toba. Sementara tempat tinggi tempat di mana Samosir menyelamatkan diri itu telah terlingkupi oleh danau yg sangat luas dan membentuk sebuah pulau yg sekarang dikenal dengan nama Pulau Samosir.
***
Hikmah yg sanggup dipetik dari dongeng legenda ini antara lain:
- Janganlah mengingkari kesepakatan yg telah diucapkan, sbgmana Toba yg lupa akan janjinya kepada Nauli untuk tidak pernah lagi menyebut asal-usulnya sebagi jelmaan seekor ikan.
- Janganlah suka memanjakan anak, sbgmana Nauli memanjakan Samosir sehingga anak yg dimanjakan sanggup menjadi pemalas dan tidak patuh pada orang tua.
Cerita Rakyat Sunda: Lutung Kasarung dan Putri Purbasari
Cerita Rakyat Melayu: Malin Kundang Si Anak Durhaka
0 Response to "Cerita Legenda Terbentuknya Danau Toba"
Post a Comment