Perkembangan Otak Dan Implikasinya Pada Pembelajaran (Seri Psikologi Pendidikan)
Perkembangan Otak pada Lapisan Korteks Serebral dan Hubungannya dengan Perkembangan Peserta Didik Menurut Neurosains
Lapisan korteks serebral berkembang jauh lebih lambat jikalau dibandingkan dengan bagian-bagian otak yg lain, dan demikian pula dengan bagian-bagian dari lapisan korteks serebral ini, berkembang dengan kecepatan yg berbeda-beda. Bagian lapisan korteks serebral yg mengatur kontrol fisik berupa pergerakan motorik berkembang paling awal, kemudian bagian-bagian korteks serebral yg mengontrol indra ibarat penglihatan, pendengaran, dan terakhir ialah potongan lobus frontal (belahan depan) yg mengontrol proses berpikir tingkat tinggi. Lobus temporal dari potongan korteks otak memainkan peranan penting untuk emosi dan bahasa belum berkembang penuh sampai selesai masa-masa sekolah di tingkat atas (SMA) atau bahkan lebih lambat lagi.
Para ilmuwan neurosains dikala ini gres mulai memahami bagaimana perkembangan otak berafiliasi dengan aspek-aspek kedewasaan ibarat keberanian mengambil resiko, pengambilan keputusan, dan administrasi perilsaya-perilsaya yg bersifat impulsif. Marah atau impian balas dendam dikala penerima didik dihadapkan pada situasi yg tidak nyaman ialah contoh-contoh umum emosi anak-anak. Hal ini merupakan fungsi dari potongan lapisan korteks pre-frontal untuk mengontrol setiap impuls dari rangsangan yg masuk ke otak melalui proses berpikir, merencanakan, atau menunda suatu tindakan. Akan tetapi seringkali besarnya impuls yg masuk terbatasi oleh kapasitas otak yg belum berkembang sepenuhnya, terlebih pada bayi yg gres lahir.
Baca Juga
Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa dibutuhkan paling tidak dua puluh tahun untuk proses biologi perkembangan otak sehingga dihasilkanlah potongan korteks pre-frontal yg berkembang dan berfungsi tepat (Weinberger, 2001). Itulah sebabnya pada kebanyakan penerima didik di sekolah yg masih terbatas perkembangan otaknya kesulitan untuk menyeimbangkan antara impuls rangsangan dengan alasan tindakan dan perencanaannya. Wenberger menganjurkan kepada orang cendekia balig cukup akal (guru dan orang tua) untuk membantu mereka dalam membuat. aturan-aturan dan batasan-batasan dan membantu merencanakan apa yg harus mereka lsayakan, sampai perkembangan potongan korteks-pre-frontal mereka sanggup difungsikan dengan baik. Sekolah juga harus memainkan kiprah penting dalam pengembangan kognitif (berpikir) dan pengembangan emosional jikalau mereka (peserta didik) memperlihatkan tindakan-tindakan spontan (Meece, 2002)
![]() |
bolehkah siswa kidal (dominan memakai tangan kiri)? |
Spesialisasi dan Integrasi
Berbagai potongan yg berbeda pada lapisan korteks otak berdasarkan para jago neurosains memiliki fungsi yg berbeda-beda. Meskipun perbedaan fungsi ditemukan pada potongan yg berbeda pada otak, fungsi-sungsi khusus ini bersifat spesifik dan merupakan elemen (dasar). Untuk melsayakan fungsi yg kompleks ibarat berbicara atau membaca, bermacam-macam potongan dari korteks otak haruslah bekerja sama (Byrnes & Fox, 1998). Misalnya saja, banyak potongan dari korteks sangat dibutuhkan dalam proses kebahasaan. Untuk menjawab sebuah pertanyaan, pertama-tama siswa terlebih dahulu harus mendengarnya. Ini melibatkan potongan utama korteks auditori. Pergerakan dikontrol oleh korteks motorik yg dibutuhkan dalam berbicara dikala siswa memperlihatkan respon. Area Broca (dekat dengan area korteks auditori) dibutuhkan untuk menghubungkan makna dari beberapa adonan kata tertentu. Seorang penerima didik dengan kerusakan pada Area Wernicke akan mengucapkan kalimat-kalimat yg secara struktur salah dan maknanya tidak jelas. Kerusakan pada potongan kecil Area Broca akan menimbulkan siswa hanya bisa membuat. kalimat-kalimat yg sangat pendek, walaupun penggunaan kata-katanya tepat (Anderson, 1995a).Lateralisasi Belahan Otak
Aspek lain dari fungsi otak memiliki implikasi pada perkembangan kognitif penerima didik yg dikenal dengan istilah lateralisasi, atau spesialisasi dari kedua belahan otak. Sebagaimana yg telah banyak bapak dan ibu guru ketahui bahwa potongan belahan otak kiri akan mengontrol kerja badan potongan kanan, dan sebaliknya belahan otak kanan mengontrol kerja potongan badan sebelah kiri. Kerusakan pada sisi kanan otak contohnya akan mengganggu pergerakan badan potongan kiri juga alat-alat dalamnya. Sebagai tambahan., potongan tertentu otak memperlihatkan efek pada tingkah lsaya-tingkah lsaya tertentu.Bagi kebanyakan penerima didik, belahan kiri otak ialah faktor utama dalam melsayakan proses kebahasaan, dan belahan otak kanan menangani emosi-emosi dan informasi-informasi spasial-visual (informasi yg bersifat nonverbal). Bagi beberapa penerima didik yg kidal (lebih banyak memakai tangan kiri, misal untuk menulis), relasi keduanya ibarat yg disebutkan itu, tetapi ternyata pada kebanyakan orang kidal, ternyata terdapat lebih sedikit spesialisasi dari kedua belahan otak ini dalam melakukan fungsinya (Berk, 2002). Tambahan. pula, wanita ternyata memiliki lebih sedikit spesialisasi fungsi belahan otak (hemisfer) ini dibanding laki (O’Boyle & Gill, 1998). Sebelum terjadi lateralisasi, kerusakan pada salah satu potongan lapisan korteks otak sanggup diatasi oleh bagian-bagian lapisan korteks otak yg lain dengan mengambil alih fungsinya. Tetapi sesudah terjadi perkembangan yg disebut lateralisasi ini, maka jikalau terjadi kerusakan, otak cenderung kurang bisa untuk melsayakan kompensasi alih fungsi ini.
Perbedaan performa antara kedua belahan otak (kiri dan kanan) ini bersifat relatif (bukan otoriter atau keniscayaan). Seringkali salah satu belahan lebih lebih banyak didominasi melsayakan fungsinya dibanding belahan lainnya. Pada hampir semua tugas, utamanya yg memerlukan kemampuan dan keterampilan yg bersifat kompleks, haruslah menjadi perhatian bapak dan ibu guru dalam pembelajaran atau pendidikan di sekolah. Tugas-tugas pembelajaran dan komunikasi yg dilsayakan haruslah melibatkan penggunaan banyak sekali area otak.
Misalnya saja, untuk sisi (belahan) kanan otak, ialah sangat manis jikalau kiprah diberikan dalam bentuk memilih pesan tersirat sebuah dongeng (kandungan isi cerita), tetapi sisi kiri (belahan kiri) otak juga sanggup diaktifkan dengan memperlihatkan pemahaman melalui tugas-tugas yg berkaitan dengan tata bahasa dan susunan kalimat atau kata-kata. Akhirnya diharapkan kedua belahan otak anak akan aktif digunakan, contohnya dengan memperlihatkan kiprah membaca. Walaupun demikian, perlu pula dicatat bahwa beberapa jago neurosains tidak sependapat dengan fungsi belahan otak kiri dan kanan secara mentah. Perlu dicatat bahwa tidak ada kegiatan mental (berpikir) yg hanya merupakan fungsi tunggal dari salah satu belahan otak secara eksklusif. Kaprikornus berdasarkan mereka tidak ada “siswa dengan otak kanan”, kecuali memang sebagian otak belahan kirinya diangkat (diambil) yg sanggup dilsayakan pada bawah umur untuk pengobatan epilepsi yg fatal dan langka.
Otak dan Perkembangan
Perkembangan Anak
Motivasi Belajar Anak
Guru Efektif
0 Response to "Perkembangan Otak Dan Implikasinya Pada Pembelajaran (Seri Psikologi Pendidikan)"
Post a Comment